PENGANTAR
DASAR FILSAFAT ILMU
A.
Filsafat
Ilmu
1.
Definisi
filsafat
Sebagian
dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis Filsafat, ini bukan
dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri, tetapi karena
banyaknya jawaban serta pendapat yang muncul untuk mendefinisikan tentang apa
itu filsafat. (Harun Hadiwijono 1980:7)
Filsafat
memiliki banyak definisi – defini yang berbeda – beda dari tiap pakar, diantara definisi yang ada, beberapa
diantaranya memiliki pemahaman – pemahaman yang sama maupun berbeda tentang apa itu definisi
Filsafat. Definisi dari filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Istilah
filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia (filosofia)”,
berasal dari kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti “mencintai
kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata “Philein”
yang berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan.
(Muhdi, Ali, dkk. 2012:240)
a. Filsafat
adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta ( Philoshophy is an attitude
toward life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang melibatkan
usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi
yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam semesta sebagaimana adanya dan
mencoba untuk melihatnya secara keseluruhan hubungan
b. Filsafat
adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui jalan refleksi
hendak menangkap dan mendapat makna yang hakiki dari hidup dan dari
gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.
c. Filsafat
adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan
mengendalikan akal budi
d. Filsafat
adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakikat,
asas, prinsip dari kenyataan
e. Filsafat
adalah sejarah pemikiran-pemikiran tentang yang esensial (menyentuh
hakikat kenyataan), dan radikal (menyentuh
akar kenyataan).
f. Nasr
& Leaman (1996:288): Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian
kebenaran melalui ilmu pengetahuan
g. Filsafat
adalah sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan menanyakan
sesuatu, mempertanyakan apa saja. Sesungguhnya filsafat adalah suatu metode
sikap bertanya untuk mendapatkan pengetahuan dari segala sesuatu yang ditanyakan
h. Filsafat
adalah tempat dimana pertanyaan – pertanyaan dikumpulkan, diterangkan, dan
diteruskan sehingga filsafat disebut juga sebagai ilmu tanpa batas.
Filsafat tidak menyelidiki dari satu sisi saja namun
filsafat juga menyelediki
dari berbagai sisi yang menarik perhatian manusia.
i.
Filsafat adalah kegiatan bertanya dan mencari terus
tanpa kenal lelah. Filsafat tidak tidak
membuat memperoleh pengetahuan dan erudisi, namun kita hanya memperdalam
ketidaktahuan saja.
j.
REMBRANDT, (1628) Filsafat adalah usaha – usaha bersama
untuk mencari suatu kebenaran.
Sesuai
dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga terdapat
persamaan juga perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu; filsafat sama –
sama merupakan suatu bentuk kegiatan, sikap serta usaha – usaha yang dilakukan
oleh manusia untuk bertanya, memperoleh, mendapatkan, mencapai suatu kebenaran
juga pengetahuan.
Namun
terdapat pula perbedaan diantara beberapa penjelasan definisi filsafat diatas,
seperti pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens dalam bukunya Panorama Filsafat Modern yang menyatakan
bahwa filsafat tidak akan membuat pelakunya memperoleh pengetahuan, namun hanya
akan memperdalam ketidaktahuan manusia saja karena manusia yang berfilsafat
akan terus menerus mencari dan bertanya – tanya tanpa kenal lelah untuk
mendapatkan dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya sehingga
akan meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka saja.
Jadi,
filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang berusaha ingin
mengetahui suatu hakikat
kebenaran dengan bertanya
– bertanya tanpa lelah agar
dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan tersebut akan dikumpulkan hingga dapat membuat
pelakunya hanya akan memperdalam
ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya ketidaktahuan yang mereka
produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan membuatnya memperoleh banyak
materi untuk bertanya secara filsafat yang akan berusaha mencari tahu atas
pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya para pelakunya memperoleh
pengetahuan juga kebenaran
1.
Pengertian
Ontology, Epistemology Dan Aksiology
a. Ontology
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: “On” yang berarti being,
dan “Logos” yang berarti logik. Jadi Ontologi adalah
The theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan)
Ontologi merupakam kajian filsafat tertua yang berupaya mencari inti yang
ada pada setiap kenyataan atau realitas yang sebenarnya. Ontologi memiliki
objek telaah yaitu Being (yang ada).
Jadi ontologi membahas tentang apa saja yang ada yang tidak terikat
oleh satu perwujudan tertentu yang bersifat universal.
1. Lorens Bagus:
Menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
2. Sidharta Darji
Darmodiharjo: Cabang filsafat
yang membahas tentang
asas - asas rasional dari kenyataan yang ada
3. Suriasumantri
(1985): Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh
kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”. Telaah ontologis
akan menjawab pertanyaan -
pertanyaan:a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah; b) bagaimana wujud yang
hakiki dari obyek tersebut; dan c) bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan
4. Levinas:
Ontologi merupakan pengetahuan total, menyeluruh mengenai “ada”.
5. Aristoteles:
Ontologi merupakan Ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang
ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika
6. Pandji
Setijo: adalah bidang ilmu filsafat yang menyelidiki tentang segala hakikat
dari segala realita yang ada untuk menentukan kebenaran atau kenyataan yang
sebagaimana dapat dicapai dengan pengetahuan.
7. Muljamil
Qomar: Dalam bukunya menjelaskan bahwa ontologi adalah sebuah teori tentang
“ada”, yaitu tentang realitas apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran.
Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang terfokus
untuk membahas segala realitas yang ada (Being)
secara total tanpa terikat oleh satu perwujudan tertentu
yang bersifat universal dan bersifat hakiki. Atau secara dasarnya dapat
dikatakan ontologi adalah “The theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan).”
b. Epistemologi
Adalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-dasar pengetahuan dan teori pengetahuan manusia
bermula. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan,
dan merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara
memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.
a. Pandji
Setijo: epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas tentang sumber,
batas, proses, dan validasi pengetahuan itu sendiri yang meliputi sarana dan
cara menggunakan sarana dan sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau
kenyataan rasional, kritis, fenomologi, dan positivis.
b. Prof.
Muljamir Qomar, M.Ag : Dalam bukunya menjelaskan bahwa epistemologi adalah
teori pengetahuan yang membahas tentang
bagaimana cara yang dilakukan
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari objek yang akan dipikirkan
c. Dagobet
D. Runes: Espitemologi adalah suatu cabang dari ilmu filsafat yang membahas
tentang sumber, struktur, metode serta validitas dari pengetahuan
d. Azyumardi
Azra: epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian,
struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.
e. Kattsoff:
epistemologi yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang asal mula,
susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan
Bisa dikatakan bahwa epistemologi adalah salah satu kajian cabang
dari filsafat yang mendasari dasar – dasar tentang bagaimana ilmu
pengetahuan bermula. Jadi adalah pemikiran sistematik yang mendasar mengenai
pengetahuan, dan membahas tentang bagaimana asal mula pengetahuan, metode atau
cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.
c. Aksiology
Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai, atau yang baik. Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu
pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan; Bagaimana
keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu tersebut sesuai kaidah moral;
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan – pilihan moral;
Aksiologis mencoba merumuskan
teori yang konsisten untuk perilaku yang etis. Dalam qalbu ia bertanya seperti
“what is good?
a. Lorens
Bagus: Studi filosofis tentang hakikat nilai yang dapat dijawab dengan 3 macam
cara, a)nilai sepenuhnya sepenuhnya berhakikat subyektif, b) nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruang
dan waktu, c) Nilai – nilai merupakan unsur – unsur obyektif yang menyusun kenyataan
b. Pandji
Setijo: aksiologi adalah bidang yang bersifat menyelidiki tentang nilai,
terutama nilai – nilai normative
c. Bustanuddin
Agus: dalam bukunya menyebutkan bahwa ”aksiologi membahas apa dan bagimana
fungsi pengetahuan tertentu bagi kehidupan manusia”.
d. Mujamil
Qomar (2006:1): aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang
manfaat, kegunaan serta fungsi dari objek yang dipikirkan
e. Suriasumantri
(1987:234): aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh
Maka aksiologi merupakan suatu bagian cabang filsafat yang
mendeskripsikan tentang kegunaan dan manfaat dari hasil yang diperoleh melalui
pemikiran – pemikiran saat memikirkan objek yang dipikirkan, aksiologi juga
mengacukan bagaimana dan seperti apakah nilai – nilai atau
etika(moralitas)serta keindahan dari pengetahuan yang diperoleh dapat
diterapkan dalam kehidupan manusia sesuai dengan kaidah.
B.
Aliran-
Aliran Filsafat
a. Idealisme
Idealisme atau Idealism, kadang juga disamakan dengan mentalisme atau
imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz
pada awal abad ke- 18. Leibniz menggunakan dan menerapkan istilah ini pada
pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros.
Idealisme ini merupakan kunci masuk ke hakikat realitas.
Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan itu adalah kejadian dalam jiwa
manusia itu sendiri, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya
terletak di luarnya. Idealisme berpandangan bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara
terpisah dari kesadaran
manusia.
Seiring perkembangan idealisme, idealisme dibagi menjadi dua bagian yaitu
idealisme empiris dan rasional. Idealisme empiris berpandangan bahwa
pengetahuan didapat melalui panca indra, tanpa memberikan gambaran yang
sebenarnya tentang hakikat
sehingga menurutnya pengetahuan yang benar tidak mungkin didapatkan. Sedangkan
idealisme rasional adalah pengetahuan yang didapatkan melalui panca indra dan
akal tapi pengetahuan ini masih belum mampu memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang hakekat. Apa yang dapat dicapai oleh aliran ini hanyalah sebatas
pengetahuan tentang wujud sesuatu dan
bukan pengetahuan tentang hakekatnya.
b. Rasionalisme
Rasionalism atau gerakan
yang rasional adalah
salah satu doktrin
dalam ilmu filsafat yang menyebutkan bahwa suatu kebenaran haruslah
dibuktikan dengan kebenaran logika dan analisis
berdasarkan fakta daripada
menggunakan pembuktian melalui iman, dogma maupun agama. Oleh sebab itu dalam rasionalisme, intelektualitas
manusialah yang menjadi basis untuk mencari kebenaran dengan cara mengeksplorasi gagasan - gagasan
yang diproduksi oleh intelektual manusia
c. Realisme
Realisme termasuk ke dalam aliran filsafat yang membahas tentang hakekat
pengetahuan, realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia merupakan gambaran
yang baik dan tepat dari kenyataan. Aliran realisme berpandangan bahwa
kenyataan tidak terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan
yang terbangun dari dalam. Realisme
merupakan suatu bentuk penolakan terhadap aliran
idealisme dan empirisme yang memiliki gagasan – gagasan yang ekstrim di dalamnya.
Dalam perkembangannya, aliran ini dibagi menjadi 2, yaitu realisme
empiris dan rasional. Aliran realisme empiris merupakan aliran yang mendapatkan
pengetahuan melalui rekaman fakta dari panca indra sehingga menjadikan
pengetahuan tersebut menjadi kopi/penggandaan dari fakta-fakta yang terdapat
diluar akal. Jadi, teori ini berusaha menjadikan pengetahuan untuk
menggambarkan kebenaran.
Sedangkan untuk realisme rasionalisme adalah aliran yang mendapatkan
pengetahuan melalui akal dan pancaindra, sehingga hasilnya merupakan
gandaan/kopi yang benar tentang hakekat. Namun kebenaran yang didapatkan ini
belumlah mutlak, tapi merupakan kebenaran yang lebih dekat dengan hakekat,
yaitu kemampuan yang maksimal dari akal untuk dapat memahami hakekat tersebut.
d. Kritisme / Transendentalisme
Aliran ini dipelopori oleh Immanuel Kant berpendapat bahwa pengetahuan manusia
itu berawal dari luar maupun
dari dalam jiwa manusia itu sendiri (rasio). Aliran awalnya
menjembatani antara aliran rasionalism dan empirism yang diketahui memiliki
perbedaan yang significant dan tajam
e. Positivisme
Aliran ini mulanya pertama kali digunakan oleh Saint Simon (1825). Aliran
ini berakar dari empirisme. Prinsip filosofisnya dikembangkan pertama kali oleh
Francis Bscon (1600) seorang empirist dari Inggris. Aliran ini menyatakan bahwa
ilmu adalah satu – satunya pengetahuan yang memiliki validitas dan fakta yang
menjadi objek pengetahuannya. Sehingga positivisme menolak keberadaan segala
kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak penggunaan segala metode di
luar yang digunakan untuk menelaaah fakta.
Positivisme berpendapat bahwa filsafat hendaknya semata – mata berdasar
pada peristiwa – peristiwa positif yang dialami oleh manusia
f. Materialisme
Materialisme berasal dari kata “Materi” dan “Isme”. Materi dapat dipahami
sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan
hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam
kebendaan semata - mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi
alam indra. Sementara itu, manusia yang hidupnya berorientasi kepada materi
disebut sebagai
materialis/materialistis. Orang - orang ini adalah para pengusung paham
(ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata. Selain itu,
matrealisme juga disebut sebuah aliran filsafat yang memiliki pendirian bahwa
hakikat itu bersifat materi.
g. Pragmatisme
Berasal dari kata “pragma” yang
berarti guna. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bemanfaat
secara praktis. Tokohnya Wiliam James (1842-1910) lahir di New York, yang ahli
dalam bidang seni, psikologi, anatomi fisiologi dan filsafat. Dia juga memperkenalkan idenya tentang pragmatisme.
Aliran ini mulanya dipelopori oleh C.S.Peirce, William James, John Dewey,
George Hebert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Aliran ini muncul karena
adanya reaksi terhadap idealisme yang lebih dominan menganggap kebenaran
sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan cerminan dari realitas.
Aliran pragmatisme berideologi bahwa benar atau tidaknya suatu ucapan, teori, dalil, ataupun
statment semata – mata bergantung pada berfaedah atau
tidaknya ucapan, teori dan dalil tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam
kehidupan. Dan beragumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu
pengetahuan dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber ilmu pengetahuan.
h. Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata Eks yang
berarti “keluar” dan sistensi atau sisto yang berarti “berdiri, menempatkan”. Eksistensialisme mulanya
dipelopori oleh Soren Kierkegaard (1831-1855), Martin Heidegger, J.P.Sarte,
Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat
yang memandang berbagai gejala dengan berdasar eksistensinya. Artinya, bagaimana
manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
Aliran ini bertitik tolak pada manusia yang kongkrit, yaitu manusia
sebagai eksistensi dan dengan titik balik ini, maka bagi manusia eksistensi itu
mendahului esensi.
Eksistensialisme, mengatakan bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikan
bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana menanggulangi
masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan agar dapat mengalami secara
penuh eksistensi mereka. Para pendidik eksistensialis akan mengukur hasil
pendidikan bukan semata-mata pada apa yang telah dipelajari dan di-ketahui oleh
anak didik, tetapi yang lebih penting adalah apa yang mampu mereka ketahui dan alami. Oleh karena itu mereka menolak
pendidikan dengan sistem indoktrinasi.
C.
Persamaan
Dan Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat
1. Persamaan
aliran- aliran filsafat
a. Merupakan
corak pemikiran atau aliran - aliran dalam filsafat.
b. Merupakan
pemikiran tentang pengetahuan dan manusia untuk mencari sesuatu ilmu.
c. Merupakan
macam - macam pemikiran tentang pengetahuan
filsafat
d. Pemikiran tentang
pengetahuan dan manusia
melalui/ yang bersumber
dari beberapa pemikiran dan aliran - aliran dalam filsafat.
e. Merupakan
hasil pemikiran filsuf tentang sesuatu secara
fundamental.
f. Idealisme
dan realisme memiliki persamaan, keduanya merupakan aliran yang membahas
tentang hakekat pengetahuan.
g. Positivisme
memiliki persamaan dengan empirisme, karena positivisme berakar dari empirisme
2.
Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat
a. Positivisme
merupakan aliran yang bersifat valid, konkrit dan nyata).
b. Pragmatisme merupakan
aliran yang berupa
mazhab pemiiran filsafat
ilmu
c. Rasionalisme
merupakan satu – satunya yang mempercayai atau menggunakan rasio (akal) manusia
sebagai sumber pengetahuan.
d. Eksistensialisme
merupakan aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia.
e. Memiliki
perbedaan cara dalam meng-approach suatu
masalah yang melahirkan kesimpulan - kesimpulan yang berbeda tentang masalah
yang sama karena latar belakang pribadi para filsuf yang berbeda, pengaruh
zaman yang berbeda, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
f. Idealisme
dan Metrealisme terdapat perbedaan dimana keduanya merupakan aliran filsafat
yang bertolak belakang.
g. Kritisme
merupakan aliran yang menjembatani antara Rasionalisme dan Empirisme yang memiliki
perbedaan, sedangkan rasionalisme dan empirisme merupakan perbedaan yang tajam dan hanya dapat terjembatani oleh Kritisme.
h. Pragmatis
berbeda dengan idealis, idealis menyatakan kebenaran sebagai entitas yang
abstrak, sistematis, dan cerminan dari realistas. Sedangkan pregmatisme adalah
suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang
benar dengan akibat - akibat yang bemanfaat secara praktis dan berfaedah.
i.
Idealisme mengatakan pengetahuan yang sesuai dengan
kenyataan adalah mustahil karena pengetahuan adalah sebuah proses
mental/psikologis yang
bersifat subyektif. Sedangkan Realisme menganggap pengetahuan adalah benar dan
tepat jika sesuai dengan kenyataannya.
j.
Realisme adalah tolakan yang berbeda dari aliran
ekstrim idealisme dan empirisme, dimana dalam membangun ilmu pengetahuan,
realisme memberikan metode induksi
empiris. Yaitu, pengetahuan diperoleh dengan
cara observasi dan pengembangan pemikiran dari hasil observasi.
k. Aliran materialisme adalah aliran yang mengutamakan materi
yang tampak saja yang
dijadikan objek, ini menunjukan bahwa aliran ini hanya mengakui sesuatu yang
tampak oleh indra saja dan tidak berobjek pada sesuatu yang non-materi atau
tidak tampak.
Daftar Pustaka
Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan
Ilmu - Ilmu Sosial: Studi Banding Antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam.
Jakarta: Gema Insani Press.
Anatomie. 2010. Etimologi dari
Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat.
Jakarta: Gramedia. Berling, R.F. 1966. Filsafat
Dewasa Ini. Jakarta: Balai Pustaka. Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju.
Darmodiharjo, Darji, Shidarta. 1995. Pokok
- Pokok Filsafat Hukum: Apa Dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk
ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hanif, Muhammad, dkk. . Aliran
– Aliran Filsafat Modern. Makalah STAINU
Purworejo
Hardiman, F.Budi Hardiman. 2004. Filsafat
Modern - Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia.
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam
lintasan sejarah. Yogyakarta: Kanisius. Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua.
2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
Magee, Bryan. 2008. The Story of
Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai
Pemandu Reformasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam - Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Makalah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo.
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat
dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta: Narasi.
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar
Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah Filsafat: Esai - Esai Untuk Franz Magnis - Suseno.
Yogyakarta: Kanisius.
0 Response to "DASAR FILSAFAT ILMU"
Posting Komentar