NUZULUL QUR'AN

 

 

PENDAHULUAN

    Nuzul Al Quran atau di Indonesia lebih dikenal dengan Nuzulul Quran pasti diketahui atau paling tidak pernah didengar oleh Semua Umat Muslim di Indonesia. Walaupun mereka tidak benar-benar mengetahui makna dari Nuzul Al Quran itu sendiri. Sebagian Umat Muslim merayakannya dengan acara yang lebih dikenal dengan Malam Nuzulul Quran. Bahakan ketika pemerintahan lewat TVRI menyiarkan acara ini secara langsung ke pelosok Indonesia. Terlepas dari perbedaan pendapat tentang pengadaan perayaan pada hari Nuzul Al Quran Nuzul Al Quran dikenal Ummat Islam Indonesia sebagai turunnya Al Quran.

            Dalam Ulumul Quran Nuzul Al Quran merupakan salah satu bagian yang dipelajari. Nuzul Al Quran memiliki beberapa hal yang menjadi perhatian para ulama dan para mufassir untuk membahasnya. Hal-hal yang dibahas antara lain Pengertian Nuzul Al Quran, proses penurunan Al Quran, & hikmah proses penurunan Al Quran.

            Makalah ini coba membahas Nuzul Al Quran. Pembahasan akan dimulai dari defenisi para ulama tentang Nuzul Al Quran, kemudian dilanjutkan proses bagaimana Al Quran diturunkan, & hikmah atau faedah proses penurunan Al Quran dengan cara-cara yang akan dibahas pada makalah ini.

 

PEMBAHASAN

  1. Defenisi Nuzul Al Quran

Nuzul Al Quran terdiri dari 2 kata, yaitu Nuzul dan Al Qur’an. Kata nazala dalam bahasa Arab berarti meluncur dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dalam konteks ini kita bisa menemukan dalam Al Quran surat Al Mu’minun : 29 sebagai berikut :

“Tuhan turunkanlah padaku sesuatu berka, karena Engkau adalah Zat pemberi berkah yang paling baik” 

Nuzul juga berarti singgah atau tiba di tempat tertentu (Qamus Al Muhith, jilid IV, hal 56,57). Al Zamakhsary memaknai kata ini dengan makna hakiki. Dalam kitabnya Asas Al Balaghah, beliau mengatakan bahwa orang Arab sering memakai kata nuzul dengan makna singgah atau tiba.

Dr. Ahmad al Sayyid al Kumi dan Dr. Muhammad Ahmad Yusuf al Qasim dalam buku yang mereka tulis bersama memberikan 5 makna kata nuzul. Selain 2 makna di atas 2 orang Guru besar Ulum Al Quran Universitas Al Ahzar kairo itu juga memberi makna nuzul sebagai tertib atau teratur, pertemuan, dan turun secara berangsur-angsur atau sekaligus.

Syekh Abd al Wahhab Abd al Majid Ghazlan dalam kitabnya Al Bayan fi Mabahitsi ‘Ulum Al Quran mengungkapkan nuzul  adalah turunnya sesuatu dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Lebih lanjut beliau menulis “Oleh karena yang turun itu bukan berbentuk fisik, maka pengertian nuzul  di sini bisa mengandung makna pengertian kiasan (majaziy). Dan apabila yang dimaksud turun adalah lafazh, maka nuzul bisa berarti Al Ishal (penyampaian dan Al I’lam (penginformasian).

Menurut Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyah “Di dalam Al Quran, juga di dalam sunnah, tidak ada kata nuzul kecuali dalam pengertian yang lazim.” Alasannya Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab dan dalam bahasa Arab tidak ada makna nuzul kecuali turun.

Dalam Al Quran terdapat beberapa ayat yang menyatakan bahwa Al Quran itu turun :

 “Bulan Ramadhan di mana diturunkan Al Quran”

Al Baqoroh : 185

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) di malam yang diberi berkah”

Al Dukhan : 3

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) di malam Al Qadr”

Al Qadr : 1

Quran adalah Kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw yang pembacaannya merupakan suatu ibadah. Hal ini telah menjadi pengertian Al Quran yang diterima secara umum di masyarakat. Walaupun ada ulama yang mendefenisikan Al Qurana sebagai mengumpulkan (kitab-kitab sebelumnya), bacaan, menghubungkan sesuatu dengan yang lain (ayat satu dengan yang lain berhubungan). Pemberian nama Kitab suci Ummat Islam ini langsung dilakukan Allah melalui Al Quran itu sendiri. Dalam Al Quran disebutkan Al Quran sebanyak 68 kali. Diantaranya : Al Baqarah : 185, An Nisa : 82, Al Maidah : 101, Al An’am : 19, Al A’raf : 204.

Dari uraian di atas Nuzul Al Quran dapat didefenisikan sebagai turunnya Kalam atau Firman Allah kepada Muhammad saw yang kemudian menjadi kitab suci Ummat Islam. 

  1. Proses Diturunkannya Al Quran 

Terdapat tiga pendapat utama tentang bagaimana diturunkannya Al Quran. Yaitu secara sekaligus, secara bertahap, & setiap tahun pada malam lailatul qadr. Pada bab ini akan dijelaskan masing-masing pendapat tersebut.

Pendapat pertama dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan dijadikan pegangan oleh umumnya ulama. Al Quran diturunkan secara sekaligus dari Lauh al Mahfuzh ke Sama’ al Dunya atau tepatnya di Baitul Izzah. Kemudian setelah itu diturunkan kepada Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun sesuai peristiwa-peristiwa dan kejadia-kejadian yang terjadi sejak Beliu diutus hingga wafatnya. Nabi diangkat menjadi Rasul saat berusia 40 tahun kemudian beliau tinggal di Makkah 13 tahun dan di Madinah 10 tahun dan pada kurun waktu inilah Al Quran diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada yang diturunkan berkaitan dengan kejadian tertentu (yang kemudian dibahas dalam asbab nuzul) dan ada yang diturunkan tanpa adanya keterkaitan dengan kejadian tertentu, tetapi semata-mata sebagai hidayah bagi manusia. Pendapat Ibnu Abbas ini berdasarkan dari dalil-dalil berikut :

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya (Al Furqan : 33)

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al Isra’:106)

Hadis Malik :

“Qur’an itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”

Hadis Hakim dan Baihaqi :

“Allah menurunkan Al Quran sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya berangsur-angsur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul Nya bagian demi bagian.”

Pendapat kedua dikemukakan oleh asy Sya’bi bahwa Al Quran diturunkan pertama kali diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat malam lailatul qadr di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kran lebih 23 tahun. Dengan demikian, Qur’an hanya memiliki satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al Isra’:106)

    Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al Furqon : 32-33)

Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Al Anfal : 41)

Hadis Bukhari, Muslim, dan lainnya dari Aisyah radiyallahu anhu :

“Wahyu yang mula-mula diturunkan pad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah mimpi yang benar di waktu tidur. Setiap kali bermimpi Beliau melihat ada yang datang bagaikan cahaya terang di pagi hari. Kemudian ia lebih suka menyendiri. Beliau pergi ke gua Hira untuk bertahannus beberapa malam; dan untuk itu Beliau membawa bekal. Kemudian Beliau kembali ke rumah Khadijah rhadiallahu anhu dan Khadijahpun membekali Beliau seperti biasanya. Sehingga datanglah kebenaran kepadanya sewaktu Ia berada di gua hira. Malaikat datang kepadanya dan berkata ‘Bacalah!’ Rosul shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : Aku berkata kepadanya : ‘Aku tidak pandai membaca’ Lalu dia memegang dan merangkulku sampai aku kepayahan, kemudian dia melepaskan aku. Lalu katanya : ’Bacalah!’ Aku menjawab: ‘Aku tidak pandai membaca’ Lalu dia merangkulku untuk kedua kalinya sampai aku kepayahan, kemudian dia melepaskan aku, Lalu katanya : ’Bacalah!’ Aku menjawab: ‘Aku tidak pandai membaca’ Lalu dia merangkulku untuk ketiga kalinya sampai aku kepayahan, kemudian dia melepaskan aku, Lalu katanya : ’Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan sampai apa yang belum diketahuinya.”

Para Ulama menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam awalnya diberitahu dengan mimpi selama 6 bulan baru kemudian pada bulan Ramadhan beliau diberi wahyu secara sadar (tidak dalam mimpi). 

Pendapat ketiga menyatakan bahwa Al Quran ke langit dunia selama 23 malam lailatul qadar, yang pada malam-malam tersebut Allah menentukan bagian-bagian Al Quran yang harus diturunkan pada setiap tahunnya. Dan Al Quran yang diturunkan di langit dunia tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kurun waktu satu tahun secara bertahap. Pendapat ini merupakan hasil Ijtihad sebagian mufassir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.

Pendapat pertama dan kedua pada dasarnya tidak bertentangan. Kedua pendapat ini menyatakan bahwa Al Quran diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pendapat pertama menjelaskan lebih dalam tentang di mana posisi Qur’an sebelum diterima Nabi sedang pendapat kedua hanya menjelaskan bagaimana Al Quran diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi yang lebih tepat adalah Al Quran turun secara bertahap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

  1. Hikmah Proses Turunnya Al Quran
    1. Menguatkan atau meneguhkan hati Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam

      Dakwah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendapat tentangan keras dari orang-orang yang keras kepala dan tidak mau menerima kebenaran. Dengan adanya wahyu yang turun secara terus-menerus akan menjaga Nabi untuk terus Istiqomah dalam dakwahnya. Ketika Beliau hampir putus asa wahyu turun untuk kembali menguatkan hati beliau. Wahyu yang menjamin kebenaran dakwahnya, wahyu yang menceritakan bagaimana para Nabi terdahulu juga didustakan oleh kaumnya membuat Nabi selalu Istiqomah kembali dalam dakwah.

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (Al Furqon : 32)

    1. Tantangan dan Mukjizat

      Banyak Orang kafir yang mendustakan isi Al Quran dan Kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Wahyu turun menjawab pertanyaan-pertanyaan orang-orang kafir tersebut dengan tepat dan tajam. Bagi orang yang mendustakan kebenaran Al Quran Alloh menantang mereka membuat surat yang semisal dengan Al Quran, yang memiliki keindahan tata bahasa Al Quran dan kandungan makna yang dalam seperti Al Quran. Namun mereka tidak akan mampu.

    1. Mempermudah hafalan dan pemahamannya

      Karena wahyu turun secara bertahap maka para sahabat bisa menghafalkannya dengan baik secara sedikit demi sedikit. Dalam jeda waktu antara wahyu yang satu dengan wahyu yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa menerangkan apa makna kandungan dari suatu wahyu kepada para sahabat sehingga mereka memilik pemahaman yang benar terhadap isi dan penerapan Al Quran.

    1. Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan penetapan hukum.

      Wahyu turun sesuai dengan kebutuhan yang ada pada saat itu. Wahyu turun atas berbagai peristiwa atau masalah yang terjadi pada saat itu. Dapat berupa jawaban, solusi, koreksi, perintah dan larangan. Wahyu turun pada saat yang tepat sehingga mudah diterima masyarakat. Selain itu wahyu juga menetapkan hukum secara bertahap. Diawali dengan penegakan akidah yang lurus sebagai pondasi baru kemudian dilanjutkan penetapan akhlak yang mulia, penetapan halal dan haram, dilanjutkan dengan pemberantasan penyakit-penyakit sosial, kemudian penetapan kewajiban-kewajiban, baru kemudian penetapan Islam sebagai sumber hukum yang mengatur segala segi kehidupan.

    1. Bukti yang pasti bahwa Al Quran benar-benar wahyu dari Allah

      Nabi tidak bisa menerangkan wahyu yang turun sekehandak hatinya. Bila ada suatu masalah Nabi menunggu wahyu dari Allah terlebih dahulu, dan terkadang setelah beberapa hari baru muncul wahyu dari Allah

      Selain itu dalam Al Quran tidak ada ayat yang bertentangan satu sama lain. Dan tidak akan ada makhluk yang bisa membuat kitab serupa Al Quran.

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An Nisa’ : 82)

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al Isra’ : 88)

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA:

Al Qattan, Manna K..Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. 2001. Jakarta : Litera AntarNusa

Marzuki, Kamaluddin.. ’Ulum Al Qur’an. 1994. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

 

0 Response to "NUZULUL QUR'AN"

Posting Komentar